Tuesday, September 3, 2013

PEMBAHASAN PINTU TERLARANG: (WARNING: SPOILER ALERT)




Ini adalah part kedua, part bagi yang sudah menonton. Sekali lagi, saya ingatkan bagi yang belum nonton stop membaca sampai disini. Demi menjaga keasikan saat menontonnya nanti :) Saya mencoba mengupas di tulisan saya selanjutnya dibawah ini agar sedikit-banyak memberi jawaban bagi yang sudah menontonnya namun masih belum menangkap jawaban dari film ini. 
Dibuka dengan Gambir yang sedang dalam pameran patungnya. Semua orang kagum akan patung buatannya. Namun dibalik itu Gambir (dan Talyda) menyimpan suatu rahasia, yaitu resep kesuksesan patung Gambir. Patung Gambir yang selalu berbentuk wanita hamil sebenarnya berisi janin yang dimasukan ke dalam perut patung masing-masing. Ini semua berawal dari Talyda yang hamil diluar nikah akibat hubungannya dengan Gambir. Talyda yang ingin tetap menjaga nama baiknya dengan berat memutuskan untuk mengaborsi jabang bayi dalam kandungannya. Ini yang menyebabkan Talyda tidak bisa hamil lagi. Namun Talyda tidak ingin jauh dari “bakal anak” tersebut. Tanpa sepengetahuan Gambir, Talyda memasukkan jabang bayinya kedalam patung berbentuk wanita hamil buatan Gambir yang baru setengah jadi. Gambir awalnya tidak mau, namun akibat Talyda yang memohon-mohon akhirnya Gambir meng’iya’kannya. Gambirpun akhirnya menjadi “pelanggan tetap” rumah aborsi.
Lama kelamaan Gambir merasa jijik terhadap dirinya dan akhirnya ia memutuskan untuk berhenti membuat patung wanita hamil. Talyda yang awalnya keberatan akhirnya mengizinkan Gambir menjalankan keputusannya tersebut. Namun kali ini keberatan datang dari Koh Jimmy, “promotor” pameran patung Gambir. Koh Jimmy takut kehilangan pembeli jika Gambir berhenti memproduksi patung wanita hamilnya. Ia juga tau apa yang sebenarnya menjadi rahasia patung Gambir dan mengancam akan segera melaporkan kepada yang berwajib jika Gambir bersikeras pada rencananya itu. Akhirnya gambir kembali meng’iya’kan untuk kembali membuat patung wanita hamil.

Jangan pernah menyesal, Gambir. Kamu malah ngasih arti buat bayi-bayi itu”- Talyda

Disisi lain Gambir mendapat tekanan dari lingkungannya, temannya Rio yang selalu mengungguli Gambir di permainan squash sebenarnya iri akan kehidupan Gambir. Juga ibu Gambir yang selalu memaksakan segera punya anak. Ibunya masih belum tahu mengapa Gambir-Talyda belum bisa punya anak. Hari-hari Gambir selanjutnya terganggu berbagai macam keingin-tahuan dan rasa penasaran yang menumpuk. Mulai dari pintu merah dirumahnya yang ia tidak boleh masuki dan siapa pembuat pesan singkat bertuliskan “Tolong Saya” yang ditujukan padanya. Awalnya ia mengira ini hanya perbuatan orang iseng atau bahkan temannya sendiri. Namun seiring dengan semakin gencarnya pesan itu meneror dirinya, makin membakar rasa keingin tahuannya. Apalagi setelah dia memastikan bukan hanya dirinya yang bisa membaca pesan itu. Ini membuat dirinya lebih yakin kalau dia bukan berhalusinasi dan pesan itu benar-benar ditujukan pada dirinya. Pengejaran Gambir dalam mencari jawaban siapa penulis pesan ini membawanya kepada suatu tempat misterius rahasia bernama Herosase.
 
Seperti yang telah kita tahu, disini Gambir menemukan bahwa si pengirim pesan itu adalah seorang anak kecil yang mengalami kekerasan fisik dan mental di kesehariannya. Melihat kondisi anak kecil yang amat malang dan tersiksa tersebut membuat rasa kemanusiaan pada Gambir terpanggil. Temannya sempat melarangnya namun Gambir tetap bertekad mencari dan menolong anak kecil tersebut sebelum semuanya terlambat. Pengejaran mencari tau siapa dan dimana anak kecil tersebut membuat gambir harus beberapa kali mengunjungi Herosase. Pengejaran ini kembali membuahkan suatu rahasia besar yaitu konspirasi terhadap dirinya. Twist pun terjadi, di Herosase ia mendapati bahwa sang anak akhirnya membunuh kedua orang tuanya sendiri sebelum ia bunuh diri dan juga fakta bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya sudah lama menikamnya dari belakang. Gambir mendapati dirinya di titik kekecewaan yang sempurna. Ia yang gagal menolong anak itu dan ia menemukan bahwa ia telah dikhianati orang-orang terdekatnya membawanya membuat suatu perhitungan yang brutal, ia akan menghabisi orang-orang terdekatnya tersebut. Namun setelah ia menyelesaikan perhitungannya tersebut, ia masih belum tahu apa sebenarnya yang ada di balik pintu merah di rumahnya itu. Setelah bergegas mendobrak dan memasukinya, barulah kita akan menemukan kebanaran yang sebenarnya. Twist yang hakiki.

(Yes, Twist adalah kata yang sengaja saya simpan di 3 paragraf pembuka pertama tadi. Saya sengaja menyimpan kata ini hanya bagi yang sudah menontonnya saja. Saya memiliki anggapan bahwa, suatu film justru tidak lagi twist ending jika diberi informasi sebelumnya bahwa film ini twist ending) 

Setelah Gambir berhasil masuk pintu rahasia di rumahnya, ia mendapati bahwa sebenarnya justru lokasi keberadaan keluarga kejam dari anak kecil malang itu ada di balik sana. Di balik pintu rahasia, di dalam rumahnya sendiri. Dari awal scene kekerasan terhadap anak kecil itu, memang kita sebagai penonton dibikin penasaran dengan siapa sebenarnya keluarga ini dan memang hanya muka dari ibunya saja yang belum (tidak) diperlihatkan. Setelah Gambir berhasil masuk pun kita – bahkan Gambir sendiri – masih belum tahu seperti apa raut muka ibu tersebut. Foto keluarga yang ditemui di ruang tamu hanya muka dari sang ibu saja yang tidak jelas (polos/diblur).
Sampai Gambir menemui jasad kedua orang tua dan anak itu yang sudah membeku, persis apa yang ia lihat di Herosase. Rasa keingin tahuan Gambir kembali membawanya untuk melihat seperti apa ibu kejam dari anak malang ini. Setelah Gambir membalik jasad ibu anak ini, ternyata itu adalah ibu Gambir sendiri, ibu Gambir yang masih muda (yang juga diperankan oleh Henidar Amroe). Keadaan langsung berubah menjadi flashback yang cepat. Semua jasad hilang dan ruangan TKP menjadi bersih. Sejujurnya saya masih meraba-raba disini tentang apa yang terjadi sebenarnya. Hingga saat scene Ibu Gambir muda tiba-tiba “hidup kembali” memanggil dan mencari Gambir dewasa yang seketika panik ketakutan dan bersembunyi di kolong tempat tidur. Kemudian Ibu Gambir muda mendapati Gambir dewasa yang telah berubah menjadi Gambir kecil sedang sembunyi ketakutan. Dialog Ibu Gambir muda yang memanggilnya dengan sebutan “Anak Setan” semakin menguatkan saya kalo apa yang Gambir dewasa lihat di Herosase tentang anak kecil yang disiksa Ibu-Bapaknya adalah realita kehidupan Gambir di masa kecil. Jujur, melihat acting Henidar Amroe menjadi ibu Gambir muda di scene ini, saya bisa ikut merasa seperti Gambir kecil. Jantung saya merasa dingin dan berhenti sesaat ketika ibu Gambir muda melongok ke kolong tempat tidur dengan tatapan dinginnya itu. Seiring rasa takut Gambir kecil memuncak, membawa kita ke realita (twist) lainnya yaitu Gambir sebenarnya merupakan pasien rumah sakit jiwa. Dari informasi yang diperoleh melalui dialog antara petugas RSJ dan wartawati bernama Pusparanti (yang juga diperankan oleh Marsha Timothy), Gambir menjadi pasien sudah dari umur 8 tahun dikarenakan membunuh kedua orang tuanya. Para tokoh di “kehidupan” Gambir dewasa diambil dari tokoh yang ia temui di RSJ. Petugas, tukang sapu, wartawati bernama Pusparanti  itu dan sesama pasien RSJ itu sendiri. Yah, siapa yang tahu apa yang ada dipikiran seorang psycho? Ini lah kebenaran (twist) lainnya, bahwa sebenarnya anak kecil yang malang itu adalah dirinya. Mungkin maksud dari semua adalah ia telah menyesal melakukan pembunuhan itu dan ingin menyelamatkan masa lalunya dari kesalahan yang Gambir kecil lakukan. 
Jadi, menurut sepenangkapan saya, film ini mengambil tema tentang “kekerasan pada anak”. Perhatikan saja dialog antara Gambir dengan seorang Bapak misterius di rumah tempat Talyda mengaborsi bayinya. Gambir-Talyda yang mengaborsi bayinya dengan alasan hamil diluar nikah berbeda dengan Bapak tersebut yang terbiasa mengaborsi justru setelah nikah. Dialog bapak itu kurang lebih seperti ini, 

Poinnya apa? Kami yakin anak-anak itu juga tidak ingin dilahirkan, dunia ini tidak menawarkan apa-apa kecuali masalah”. Mysterious Man at abortion house

Ini diperjelas dengan dialog gambir kepada Ibunya pada scene meja makan. Dialog gambir kurang lebih seperti ini,

Bu, Ibu tahu ga kalau sebenarnya ga ada anak yang mau lahir di dunia ini? Setiap anak lahir karena konsekuensi hubungan bapak dan ibunya. Sebagian dari orang tua bisa dimaafkan karena mereka kasih kasih sayang. Ngasih cinta, Bu. Bukan Cuma penderitaan dan sakit hati”- Gambir

Lalu baca kembali kutipan dialog Talyda paragraf awal bab kesimpulan ini.

Selain itu, film ini juga memiliki pesan tentang rahasia atau pertanyaan-pertanyaan dalam hidup yang terkadang kita tidak perlu untuk ungkap atau tahu. Mungkin jauh lebih baik jika kita tidak tahu dan cukup kita yakini. Perhatikan saja dialog cerdas antara Gambir dan Dandung di scene cafe.

Symbols, Clues, and Easter eggs:

Sebagai mana kita tahu bahwa sudah menjadi “kebiasaan” Joko Anwar untuk menyelipkan beberapa easter eggs dari tiap filmnya. Yang bisa menjadi clue untuk film beliau selanjutnya. Karena saya sudah lama menonton 2 film Joko sebelumnya, yaitu Janji Joni dan KALA, saya tidak bisa mengingat clue di kedua film tersebut. Saya harus menonton kembali guna mencari-cari ada-tidaknya clue dan-atau easter eggs yang sembunyi di dua masterpiece tersebut. Namun di film Pintu Terlarang ini kita bisa dengan mudah menemukan easter eggs, apalagi bagi yang sudah nonton film Joko setelahnya atau ini terlebih dulu, yaitu Modus Anomali. Benar, terdapat nama jalan “Jl. Modus” dan “Jl. Anomali” di film Pintu terlarang ini. Untuk easter eggs-easter eggs selanjutnya, saya belum menemukan lagi walaupun sudah 3x menontonnya. Karena terlalu larut kedalam ceritanya mungkin hehee...
Kalau boleh saya sok tahu lebih jauh lagi, disini juga terlihat jelas sekali sentilan-sentilan kritik sosial yang Joko berikan. Mulai dari banner-baner yang sengaja dibikin “beda dan mencolok” bertuliskan, BE A GOOD WIFE. GET A JOB. Sisi lain diri saya tergelitik membaca tulisan tersebut. Kemudian dari klub misterius Herosase itu sendiri. Seperti yang kita ketahui setelah menontonnya, Herosase ternyata klub yang berisikan tontonan riil yang diambil menggunakan hidden camera yang dipasang diam-diam di tiap tempat/rumah objek tontonan. Berbagai menu channel tersedia, ada yang tentang penyiksaan anak, perselingkuhan anak dibawah umur, pemerkosaan, dan menu-menu aneh lainnya yang bisa memuaskan dan dikonsumsi para anggotanya. Sudah bisa merasakan sentilan ini? Menurut saya, ini adalah sentilan  tentang masyarakat kita yang mungkin sudah terbiasa menjadikan objek-objek tersebut hanya sekedar tontonan. Bebas memilih channel dan mengkonsumsinya hanya sekedar tontonan. Bahkan sambil makan di depan tv. Hanya sekedar konsumsi menonton. Hanya tontonan. Tidak seperti gambir yang terpanggil jiwanya setelah menontonnya. 
Terdapat juga simbol-simbol dari “gerakan bawah tanah” yaitu mata satu dan lambang jangka-penggaris di tv Herosase.
Saya tidak ambil pusing dan melihat film ini adalah film tentang “gerakan bawah tanah” dan segala macamnya itu. Saya bisa menangkap bahwa lambang jangka di Herosase itu adalah sebagai sentilan juga, bahwa seperti itulah salah satu cara “gerakan bawah tanah” meracuni masyarakat kita. Salah satunya dengan Fun/Hiburan (Tontonan). Yang mungkin kita awalnya jijik atau aneh, kemudian menjadi biasa untuk dikonsumsi.
Sebagian orang beranggapan kalo film ini memiliki jalan cerita yang sama dengan Shutter Island. Banyak tanggapan miring karenanya.

But, i really don’t give a shit

Sepengetahuan saya, film yang lebih dulu muncul adalah Pintu Terlarang. Sudah gitu, saya juga sudah nonton film DiCaprio tersebut setelahnya. Dan – saya bangga mengatakan ini – menurut saya masih lebih bagus dan lebih menarik Pintu Terlarang. Tapi kembali lagi ini semua hanya menurut hemat saya saja. Hanya sebatas semampu yang saya bisa cerna hingga membuat saya takjub dan kagum terhadap film ini. Mungkin justru kesimpulan Anda sendiri yang lebih tepat. Mungkin masih banyak rahasia lagi yang belum saya pecahkan atau saya tidak tahu. Atau mungkin kita tidak perlu pecahkan atau kita tidak perlu tahu?

Layaknya ulasan ini


ps: Kata ‘twist’ disini bisa kita diganti dengan 'kampret', 'anjir' atau berbagai umpatan lainnya

sumberfoto: Official site Pintu Terlarang dan berbagai sumber lainnya



PINTU TERLARANG (FORBIDDEN DOOR) Review



Produksi : LIFE LIKE PICTURE
Producer: Sheila Timothy
Director  : Joko Anwar
Casts      : Fachri Albar, Marsha Timothy, Ario Bayu, Otto Djauhari, Tio Pakusadewo, Hendiar Amroe
 
Sebelumnya, jangan buru-buru berasumsi kalo ini film yang berat, mikir, and bikin pusing untuk ditonton. Saya pribadi termasuk orang kurang bisa nangkep untuk nonton film-film berat. Pertama kali menontonnya tahun  2010-2011. Pertama kali menonton memang bingung. Beruntung saya dapet DVD ori-nya baru-baru ini, sehingga saya bisa menonton untuk kedua kalinya dan total. Jadi yang kita butuhin untuk bisa ‘menikmati’ film ini adalah dengan tekad untuk fokus selama kurang lebih 90 menit terhadap film dan ceritanya, atau justru tanpa baca review sebelumnya :D

Oke, kita lanjut. Mungkin ini kali pertama saya me-review dan mengupas habis suatu film.  Jarang-jarang saya mereview film secara penuh. Kecuali kalau benar-benar filmnya recommended dan karena keterbatasan saya mengenai dunia review-mereview film membuat saya khawatir kalo nanti jatuhnya malah spoiler atau ngasih bocoran. Jadi ujung-ujungnya saya biasa hanya kasih rekomendasi singkat. Jika ada  yang hi-recommended saya akan berkoar di twitter, dan tidak menyebut judul film jika filmnya tidak recommended atau biasa-biasa aja (Karena ada sebagian orang yang punya maksud “pamer udah nonton” dibalik twit-nya yang berbau rekomendasi). Tapi demi film yang menurut saya luar biasa ini – dengan amat hati-hati (pada bagian sinopsis) guna menghindari spoiler bagi yang belum nonton – saya ingin menebar apa yang saya rasakan agar para temen-temen semua bisa ikut merasakan apa yang saya rasakan dari pengalaman saya setelah menonton film ini. Dengan alasan ini saya membagi dua tulisan saya:

  • 1. Part untuk yang belum nonton; dan
  • 2. Part untuk yang sudah nonton.

Ini adalah part untuk yang BELUM menonton. Mulai dari sini, sinopsis sampai ke review. Untuk part bagi yang SUDAH menonton, bisa melanjutkan membaca sampai kesimpulan sampai seterusnya (symbol, clues, easter eggs). Mohon maaf kalau mungkin sinopsis dan review yang saya maksud jatohnya bukan baku sinopsis atau review karena keterbatasan pengetahuan saya akan istilah-istilah perfilman. Ini tribute dari saya untuk film yang saya cintai dan bangga ini.

Sebagai orang Indonesia, boleh dibilang saya bangga sineas kita bisa bikin film seperti ini. Mengapa demikian? Karena bagi film lokal, tema, jalan cerita dan gaya film seperti ini belum pernah ada sebelumnya. Seperti “mata air” di antara gurun film cinta-cintaan dan horor absurd kala itu. Mungkin ini yang memang menjadi trademark tersendiri bagi sang sutradara Joko Anwar yang jika kita tela’ah lagi film-filmnya, ya seperti itulah gayanya. Yang kalo boleh saya bilang, Stylish, Mindf*ck, Unusuall, dan “_____” (untuk kata terakhir ini saya simpan bagi Anda yang sudah nonton dan saya ungkap di bagian pembahasan dengan pertimbangan spoiler).

Synopsis:

Cerita tentang Gambir (Fachri Albar), seorang seniman patung yang mempunyai kehidupan yang semua orang impikan: istri cantik, sukses, teman-teman setia. Bukan tanpa alasan ia sukses membuat patung yang sempurna. Adalah Talyda (Marsha Timothy), seorang wanita cantik istri Gambir yang secara tidak langsung memberikan “sentuhan” bagi patung perdana Gambir yang akhirnya menjadi ciri khas patung –patung buatannya. Hanya saja Gambir mempunyai kelemahan, yaitu ia lemah dalam mengendalikan pendiriannya, ditambah ia memiliki rasa keingin-tahuan yang tinggi dan selalu dipenuhi segala tanda tanya dalam dirinya. Hingga disuatu waktu disaat membuat patung, ia menemukan sebuah pintu tersembunyi tergembok di dalam rumahnya sendiri yang selama ini ia tempati.  Keingin-tahuannya membuat ia ingin mendobrak pintu itu dan mencari tahu ada apa di dalamnya. Namun, Talyda meminta agar ia jangan sampai masuk maupun tahu apa yang ada di dalam pintu itu. 

Rasa keingin-tahuan Gambir bertambah dengan adanya pesan yang berisi minta pertolongan yang mengarah ke dirinya. Awalnya Gambir tidak mempedulikannya, sampai pesan itu benar-benar menggangu kesehariannya melalui tulisan di depan pintu rumahnya, pesan kertas, telepon misterius, maupun tulisan di tembok. Gambir yang tertekan atas rasa keingin-tahuannya bersikeras mencari tahu darimana pesan itu berasal. Hingga suatu waktu tulisan itu mengarah kedalam tempat/klub misterius bernama Herosase, yang (lagi-lagi) ia dan siapa pun tidak boleh tahu tempat apa itu.
Kemudian setelah sadar tulisan itu benar-benar ada, ia mendapatkan hasil bahwa pesan itu berasal dari seorang anak sekitar 6-7 tahun yang sehari-hari disiksa ibunya. Sanggupkah Gambir menolong anak kecil yang disiksa itu? Apa yang ada dibalik pintu itu sampai-sampai Talyda benar-benar melarangnya untuk tahu? Klub misterius apakah itu sebenarnya? Rasa keingin tahuan Gambir yang makin menumpuk ini membawa Gambir untuk menolong anak tersebut hingga akhirnya memperoleh jawaban. Yang mungkin seharusnya Gambir tidak perlu tanya.


 Review:


Kalo boleh dibilang, film produksi Life Like Picture yang diangkat dari Novel karya Sekar Ayu Asmara ini adalah masterpiece dari seorang Joko Anwar. Joko seperti menemukan “jodoh”-nya. Disini ide-ide gila nan idealis Joko bisa disambut baik dan sejalan dengan sang produser, Sheila Timothy. Beliau memberikan kepercayaan penuh terhadap Joko untuk membuat film dengan gaya dan idealisnya tersebut. Dan benar saja, akhirnya membuahkan hasil yang luar biasa.
Dengan kekuatan cerita itu sendiri, deretan cast yang masing-masing berkarakter serta setting yang menawan. Menelurkan film yang benar-benar layak secara utuh. Terlihat jelas kalo masing-masing karakter disini memiliki kekuatannya masing-masing. Gambir yang amat curious dan lemah pendirian. Talyda yang cantik, mandul dan misterius. Dandung yang bijak dan cerdas. Rio yang jagoan dan envy. Serta karakter pendukung lainnya seperti Koh Jimmy (Tio Pakusadewo) yang licik dan penjilat serta Ibu Gambir (Henidar Amroe) yang dingin.

Sepanjang film saya dibuat penasaran  dengan apa yang terjadi sebenarnya. Ini membuat saya ingin benar-benar menangkap tiap dialog dan scene sepanjang film. Seperti tidak sabar, menerka-nerka apa yang terjadi, kemudian menyimpulkan sendiri. Sehingga saat film mencapai puncak dan selesai, barulah pertanyaan-pertanaan itu terjawab secara berurut. Ini membuat saya sadar bahwa saya terlalu cepat menyimpulkan.


Dialog-dialog yang dibangun sepanjang film juga cerdas. Dari awal film sampai akhir. Perhatikan dialog antara Gambir dan Dandung di cafe, atau Gambir dengan Ibunya di scene meja makan. Yes, saya amat terpukau dengan acting psycho Fachri Albar. Gongnya amat terasa saat scene meja makan ini. Saya benar-benar merinding mendengar dialognya Fachri tersebut. Saya sarankan pasang dengan volume ideal jika Anda menontonnya lagi. Jangan terlalu kecil. Karena, disinilah inti dari film ini menurut saya. Ya, film ini membawa kita dari satu rahasia, ke rahasia lainnya.

Jika Anda sudah menonton filmnya dan ingin memperdalam lagi, silahkan klik disini PEMBAHASAN. Namun bagi yang belum menonton, saya mohon demi kenikmatan utuh Anda menonton, untuk stop membacanya sampai disini. Selamat menonton :)
Note: Versi DVD-nya bener-bener bikin puas. Udah bening, sound oke, bonus n special feature lengkap, trus tampilannya full screen! Udah gitu cover kemasannya 3D . Oh iya, untuk sebagian orang menilai kalo cover filmnya terlalu vulgar. Bagi saya, (lagi-lagi) mereka terlalu cepat menyimpulkan :D