Tuesday, September 3, 2013

PINTU TERLARANG (FORBIDDEN DOOR) Review



Produksi : LIFE LIKE PICTURE
Producer: Sheila Timothy
Director  : Joko Anwar
Casts      : Fachri Albar, Marsha Timothy, Ario Bayu, Otto Djauhari, Tio Pakusadewo, Hendiar Amroe
 
Sebelumnya, jangan buru-buru berasumsi kalo ini film yang berat, mikir, and bikin pusing untuk ditonton. Saya pribadi termasuk orang kurang bisa nangkep untuk nonton film-film berat. Pertama kali menontonnya tahun  2010-2011. Pertama kali menonton memang bingung. Beruntung saya dapet DVD ori-nya baru-baru ini, sehingga saya bisa menonton untuk kedua kalinya dan total. Jadi yang kita butuhin untuk bisa ‘menikmati’ film ini adalah dengan tekad untuk fokus selama kurang lebih 90 menit terhadap film dan ceritanya, atau justru tanpa baca review sebelumnya :D

Oke, kita lanjut. Mungkin ini kali pertama saya me-review dan mengupas habis suatu film.  Jarang-jarang saya mereview film secara penuh. Kecuali kalau benar-benar filmnya recommended dan karena keterbatasan saya mengenai dunia review-mereview film membuat saya khawatir kalo nanti jatuhnya malah spoiler atau ngasih bocoran. Jadi ujung-ujungnya saya biasa hanya kasih rekomendasi singkat. Jika ada  yang hi-recommended saya akan berkoar di twitter, dan tidak menyebut judul film jika filmnya tidak recommended atau biasa-biasa aja (Karena ada sebagian orang yang punya maksud “pamer udah nonton” dibalik twit-nya yang berbau rekomendasi). Tapi demi film yang menurut saya luar biasa ini – dengan amat hati-hati (pada bagian sinopsis) guna menghindari spoiler bagi yang belum nonton – saya ingin menebar apa yang saya rasakan agar para temen-temen semua bisa ikut merasakan apa yang saya rasakan dari pengalaman saya setelah menonton film ini. Dengan alasan ini saya membagi dua tulisan saya:

  • 1. Part untuk yang belum nonton; dan
  • 2. Part untuk yang sudah nonton.

Ini adalah part untuk yang BELUM menonton. Mulai dari sini, sinopsis sampai ke review. Untuk part bagi yang SUDAH menonton, bisa melanjutkan membaca sampai kesimpulan sampai seterusnya (symbol, clues, easter eggs). Mohon maaf kalau mungkin sinopsis dan review yang saya maksud jatohnya bukan baku sinopsis atau review karena keterbatasan pengetahuan saya akan istilah-istilah perfilman. Ini tribute dari saya untuk film yang saya cintai dan bangga ini.

Sebagai orang Indonesia, boleh dibilang saya bangga sineas kita bisa bikin film seperti ini. Mengapa demikian? Karena bagi film lokal, tema, jalan cerita dan gaya film seperti ini belum pernah ada sebelumnya. Seperti “mata air” di antara gurun film cinta-cintaan dan horor absurd kala itu. Mungkin ini yang memang menjadi trademark tersendiri bagi sang sutradara Joko Anwar yang jika kita tela’ah lagi film-filmnya, ya seperti itulah gayanya. Yang kalo boleh saya bilang, Stylish, Mindf*ck, Unusuall, dan “_____” (untuk kata terakhir ini saya simpan bagi Anda yang sudah nonton dan saya ungkap di bagian pembahasan dengan pertimbangan spoiler).

Synopsis:

Cerita tentang Gambir (Fachri Albar), seorang seniman patung yang mempunyai kehidupan yang semua orang impikan: istri cantik, sukses, teman-teman setia. Bukan tanpa alasan ia sukses membuat patung yang sempurna. Adalah Talyda (Marsha Timothy), seorang wanita cantik istri Gambir yang secara tidak langsung memberikan “sentuhan” bagi patung perdana Gambir yang akhirnya menjadi ciri khas patung –patung buatannya. Hanya saja Gambir mempunyai kelemahan, yaitu ia lemah dalam mengendalikan pendiriannya, ditambah ia memiliki rasa keingin-tahuan yang tinggi dan selalu dipenuhi segala tanda tanya dalam dirinya. Hingga disuatu waktu disaat membuat patung, ia menemukan sebuah pintu tersembunyi tergembok di dalam rumahnya sendiri yang selama ini ia tempati.  Keingin-tahuannya membuat ia ingin mendobrak pintu itu dan mencari tahu ada apa di dalamnya. Namun, Talyda meminta agar ia jangan sampai masuk maupun tahu apa yang ada di dalam pintu itu. 

Rasa keingin-tahuan Gambir bertambah dengan adanya pesan yang berisi minta pertolongan yang mengarah ke dirinya. Awalnya Gambir tidak mempedulikannya, sampai pesan itu benar-benar menggangu kesehariannya melalui tulisan di depan pintu rumahnya, pesan kertas, telepon misterius, maupun tulisan di tembok. Gambir yang tertekan atas rasa keingin-tahuannya bersikeras mencari tahu darimana pesan itu berasal. Hingga suatu waktu tulisan itu mengarah kedalam tempat/klub misterius bernama Herosase, yang (lagi-lagi) ia dan siapa pun tidak boleh tahu tempat apa itu.
Kemudian setelah sadar tulisan itu benar-benar ada, ia mendapatkan hasil bahwa pesan itu berasal dari seorang anak sekitar 6-7 tahun yang sehari-hari disiksa ibunya. Sanggupkah Gambir menolong anak kecil yang disiksa itu? Apa yang ada dibalik pintu itu sampai-sampai Talyda benar-benar melarangnya untuk tahu? Klub misterius apakah itu sebenarnya? Rasa keingin tahuan Gambir yang makin menumpuk ini membawa Gambir untuk menolong anak tersebut hingga akhirnya memperoleh jawaban. Yang mungkin seharusnya Gambir tidak perlu tanya.


 Review:


Kalo boleh dibilang, film produksi Life Like Picture yang diangkat dari Novel karya Sekar Ayu Asmara ini adalah masterpiece dari seorang Joko Anwar. Joko seperti menemukan “jodoh”-nya. Disini ide-ide gila nan idealis Joko bisa disambut baik dan sejalan dengan sang produser, Sheila Timothy. Beliau memberikan kepercayaan penuh terhadap Joko untuk membuat film dengan gaya dan idealisnya tersebut. Dan benar saja, akhirnya membuahkan hasil yang luar biasa.
Dengan kekuatan cerita itu sendiri, deretan cast yang masing-masing berkarakter serta setting yang menawan. Menelurkan film yang benar-benar layak secara utuh. Terlihat jelas kalo masing-masing karakter disini memiliki kekuatannya masing-masing. Gambir yang amat curious dan lemah pendirian. Talyda yang cantik, mandul dan misterius. Dandung yang bijak dan cerdas. Rio yang jagoan dan envy. Serta karakter pendukung lainnya seperti Koh Jimmy (Tio Pakusadewo) yang licik dan penjilat serta Ibu Gambir (Henidar Amroe) yang dingin.

Sepanjang film saya dibuat penasaran  dengan apa yang terjadi sebenarnya. Ini membuat saya ingin benar-benar menangkap tiap dialog dan scene sepanjang film. Seperti tidak sabar, menerka-nerka apa yang terjadi, kemudian menyimpulkan sendiri. Sehingga saat film mencapai puncak dan selesai, barulah pertanyaan-pertanaan itu terjawab secara berurut. Ini membuat saya sadar bahwa saya terlalu cepat menyimpulkan.


Dialog-dialog yang dibangun sepanjang film juga cerdas. Dari awal film sampai akhir. Perhatikan dialog antara Gambir dan Dandung di cafe, atau Gambir dengan Ibunya di scene meja makan. Yes, saya amat terpukau dengan acting psycho Fachri Albar. Gongnya amat terasa saat scene meja makan ini. Saya benar-benar merinding mendengar dialognya Fachri tersebut. Saya sarankan pasang dengan volume ideal jika Anda menontonnya lagi. Jangan terlalu kecil. Karena, disinilah inti dari film ini menurut saya. Ya, film ini membawa kita dari satu rahasia, ke rahasia lainnya.

Jika Anda sudah menonton filmnya dan ingin memperdalam lagi, silahkan klik disini PEMBAHASAN. Namun bagi yang belum menonton, saya mohon demi kenikmatan utuh Anda menonton, untuk stop membacanya sampai disini. Selamat menonton :)
Note: Versi DVD-nya bener-bener bikin puas. Udah bening, sound oke, bonus n special feature lengkap, trus tampilannya full screen! Udah gitu cover kemasannya 3D . Oh iya, untuk sebagian orang menilai kalo cover filmnya terlalu vulgar. Bagi saya, (lagi-lagi) mereka terlalu cepat menyimpulkan :D

No comments:

Post a Comment