Thursday, June 30, 2016

[Review] Pengabdi Setan (1980)

Judul: Pengabdi Setan 
Sutradara: Sisworo Gautama Putra
Produser: Sabirin Kasdani, Subagio S
Cerita: Subagio S
Skenario: Sisworo Gautama Putra, Imam Tantowi
Pemain: W.D Mochtar, Ruth Palupessy, HIM Damsyik, Fachrul Rozy, Siska Karabety
Distributor: Rapi Films (Indonesia), Brentwood Home Video (AS)


Sinopsis:
Tommy (Fachrul Rozy) mengalami kesedihan mendalam sepeninggal sang Ibu. Berlatar belakang dari keluarga yang jauh akan ilmu agama membuat dirinya beserta sang kakak Rita (Siska Karabety) juga sang Ayah Hendarto (W.D Mochtar) kerap mengalami gangguan-gangguan gaib ditambah  Tommy yang sempat terperosok ke dunia hitam. Satu per satu korban berjatuhan.


Review:
Dulu, saat saya SD. Saya ingat ada film yang bikin saya takut tidur. Yang saya ingat adalah penampakan yang memanggil-manggil di jendela dan semacam zombie yang mengejar-ngejar. Baru belakangan saya tahu film yang saya tonton saat itu adalah salah satu film horror terkenal dimasanya dan sampai ke dunia internasional, adalah Pengabdi Setan.


Tidak menutup kemungkinan kita sebagai orang awam yang sudah banyak melahap film-film kekinian akan merasa lucu dibeberapa adegan karena memang gaya film pada masa itu. Saya ga bisa membohongi diri bahwa saya juga sempat kegelian dibeberapa adegan. 
Tapi di luar itu, saya bisa merasakan keseriusan sang sutradara dalam memberikan tontonan horror. Tanpa bumbu humor dan seksi.

Murni horror.

Pakem-pakem horror yang kita sering temui di film-film horror sekarang, ternyata sudah ada terlebih dulu melalui film ini. Pikir saya, "anjrit, udah kepikiran aja bikin plot kayak gini".
Masih banyak scene horror yang bukan main rese'nya. Seperti penampakan memanggil-manggil di jendela, mayat hidup yang menggotong Mr. Pocy dsb.

Ada tiga karakter yang mencuri perhatian saya. Pertama, Darminah (Ruth Palupessy) yang kuat sekali aura misteriusnya meski tidak dimake-up seram, HIM Damsyik yang tidak disangka dapet banget peran horornya, dan W.D Mochtar yang tidak terlihat sedang ber-acting memerankan tokoh Hendarto.

Bukan maen!

Tidak disangka kalo film ini juga sarat akan pesan dakwah. Bahwa kesuksesan bukan hanya membangun fisik saja, tetapi juga mental spiritual serta agama. Khususnya ajakan untuk mendirikan shalat dan mengaji. Kemudian jangan mengikuti langkah-langkah setan karena setan adalah musuh yang nyata, serta pentingnya untuk hafal ayat kursi.

Pengabdi Setan adalah film penting bagi kamu pecinta film horror. Keren euy Indonesia punya film kayak gini.
Salut!

Tuesday, June 21, 2016

[Review] Finding Dory


Judul: Finding Dory
Sutradara: Andrew Stanton
Produser: Lindsey Collins
Penulis: Andrew Stanton
Pemain: Ellen DeGeneres, Albert Brookes, Ed O'Neil, Hayden Rolence, Kaitlin Olson
Distributor: Walt Disney Studios Motion Pictures


Sinopsis:
Seketika Dory teringat bahwa ia memiliki orang tua dan bertekad ingin segera mencarinya. Kecemasan Merlin dan Nemo akan sifat Dory yang pelupa membawa mereka harus mencari Dory dalam petualangannya.


Review:
Yak! Satu kata untuk memulai review.
Loveable.
Dua kata deh.
Loveable banget.
Secara plot masih 11-12 dengan Finding Nemo dengan tambahan maju-mundur oleh flashback karena fokus utama kali ini adalah menggali ingatan-ingatan Dory. Banyak karakter baru yang lucu-lucu dan menggemaskan. Untuk kemegahan grafisnya, JUARA. Apalagi saat scene "open ocean" yang manjain mata banget.

Selain kekocakan yang bakal ngocok perut kamu, Finding Dory juga memiliki beberapa  pesan moral yang kita bisa ambil. Seperti tentang arti persahabatan, arti keluarga dan kepercayaan diri untuk berani mengambil tindakan. Ditambah sarat akan bumbu ilmu pengetahuan tentang biota laut.

Diantaranya: anemone itu ternyata memiliki sengat, jumlah jantung dan tentakel serta kemampuan kamuflase yang dimiliki gurita, dan yang paling kentara adalah sistem sonar ekolokasi yang dimiliki oleh seekor paus beluga .

Siap-siap lah untuk terbuai oleh keindahan gambar, warna-warni biota laut, kehangatan persahabatan, kekocakan dan gemes sendiri oleh spesies lainnya di Finding Dory. Ada rasa nostalgia tersendiri untuk yang mengikuti Finding Nemo tiga belas tahun silam.

Oh iya, film pendek animasi pembuka yang berjudul Piper juga jangan sampai terlewat. Bagus banget. 
Disney-Pixar emang juara.
Finding Dory bikin saya baper... 
Personally :')
Thanks, Disney


P.S: Saya telat tahu kalo ternyata terdapat credit scene diujung film :( Jangan buru-buru keluar bioskop ya.

Saturday, June 18, 2016

[Review] Dead Silence



Judul: Dead Silence
Sutradara: James Wan

Produser: Mark Burg, Gregg Hoffman, Oren Koules, Peter Oillataguerre

Penulis: Leigh Whannell, James Wan
Pemain: Ryan Kwanten, Amber Valletta, Donnie Wahlberg, Bob Gunton, Michael Fairman, Laura Regan.
Distributor: Universal Pictures



Sinopsis:
Jamie (Ryan Kwanten) melakukan perjalanan ke kampung halaman guna mencari jawaban atas kematian sang istri yang tidak wajar setelah kehadiran bonek misterius di rumahnya. Apakah ini ada hubungannya dengan legenda Mary Shaw sang ventrilokuis yang terkutuk?



Review:
Sebelum saya memulai review, perlu diingat bahwa saya menonton film ini setelah saya sudah mengenal James Wan dan sudah menonton karya-karyanya setelahnya. Jadi memang sudah tidak asing lagi dengan cara James Wan meneror batin hingga menakut-nakuti kita. Meski tergolong masih ampuh.

But, Hey! Ini saja setelah saya kenal dan menonton karya-karya setelahnya. Bagaimana rasanya jika saya menontonnya di waktu itu? Di waktu filmnya baru rilis, di waktu saya belum tau James Wan, di waktu saya belum menonton karya-karyanya setelahnya seperti Insidious, Insidious 2, Conjuring dan Conjuring 2.


Memang sepertinya James Wan punya ketertarikan sendiri dengan boneka-boneka menyeramkan. Jauh sebelum kita mengenal Annabelle, James Wan sudah mengenalkan kita dengan boneka Jigsaw melalui film pertamanya yang fenomenal, SAW.
Mungkin ini alasan James Wan memilih nama @creepypuppet sebagai akun Twitter dan Instagramnya. Sejurus kemudian, rasa takut akan boneka akan dikencangkan melalui film ini.

Kita tidak dibikin lama menunggu. Kengerian demi kengerian sudah dihadirkan di menit-menit awal. Sejenak jeda diberikan untuk kita mengenal latar belakang karakter Jamie, keluarganya, dan kampung halamannya.
Nuansa creepy klasik memang kental sekali di film ini. Tidak hanya mengandalkan efek jump scare, tapi juga melalui horor psikologis. Melihat bonekanya saja (di film ini bernama Billy) seakan memang "hidup". Meski boneka disini tidak frontal hidup seperti Chucky.

Namun, bukan kengerian itu yang Billy berikan.


Bagi kamu yang memiliki phobia boneka rasanya akan merasa tidak nyaman selama film diputar. Bagi yang tidak punya? Kayaknya minimal jadi takut tidur dengan boneka (yang selalu diam-diam melihat kamu sewaktu tidur). Belum lagi elemen lain seperti suara cengengesan anak kecil, lirikan-lirikan boneka, dan lainnya lagi yang tidak ingin saya umbar demi keasikan kamu menonton nanti. Tokoh horror adalannya pun juga rese'. Tidak kalah rese' dari Black Bride (Insidious), Bathseba (Conjuring 1), dan Valak (Conjuring 2).


Kekurangan dari film ini kayaknya terdapat di salah satu atau dua pemainnya saja. Seperti sang detektif yang rasanya sekedar "batu sandungan" saja guna membuat konflik biar cerita ga lempeng-lempeng amat, dan akting Kwanten yang biasa saja. Tapi dua itu kayaknya tidak akan diindahkan tertutup dengan treatment horror yang ada.


Bagian naskah yang paling saya suka adalah saat flashback menceritakan sang legenda ventrilokuis dan kesimpulan di akhir film yang tidak disangka mengejutkan!
Kalo kamu suka film horror dan terkesima dengan film-film horror James Wan seperti Insidious dan Conjuring, rasanya amat disayangkan kalau Dead Silence terlewati begitu saja.


Beware the stare of Mary Shaw...
She had no children only dolls...
If you ever see her in your dreams...
Be sure you never ever scream...